Banyak orangtua mengajarkan anak-anaknya untuk selalu melakukan kebaikan. Mereka mendidik anak-anak mereka sebaik mungkin agar kelak mereka bisa bangga akan kehadiran anak mereka. Namun, bagiku hal seperti itu hanyalah sebuah bunga tidur yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Aku merasa bahwa jalan hidupku dengan jalan hidup anak-anak pada umumnya akan berbeda jauh dari apa yang mereka rasakan. Aku juga merasa bahwa jalan hidup seperti ini tidak seharusnya ditakdirkan kepadaku. “Kenapa bukan orang lain yang merasakan seperti ini? Apakah karena penampilanku? Apakah karena sikapku?” tanyaku dalam hati. Aku tidak bisa menemukan alasan tersebut beberapa waktu yang lalu. Ternyata, setelah aku mengetahui hal tersebut, bukan kebahagiaan yang kudapat namun kebingungan yang semakin hadir dalam hidupku.
Namaku Priandana Pratama. Aku biasa dipanggil Rian. Aku merupakan salah satu siswa sekolah menengah atas yang cukup terkenal di daerah Blok M – Jakarta Selatan. Aku merupakan salah satu siswa badung di sekolahku. Hampir setiap masalah kesiswaan yang menimpa sekolahku aku pasti menjadi salah satu partisipan dalam acara tersebut. Bisa dikatakan, aku cukup “terkenal” di kalangan guru-guru karena kelakuanku yang seperti itu. Hampir semua guru, termasuk kepala sekolah, sudah tidak mampu mengatasi kebadunganku. Bahkan, beberapa guru sempat meminta kepada kepala sekolah untuk mengeluarkanku dari sekolah akibat hal tersebut.
Di rumah, aku merupakan anak yang tidak dianggap oleh orangtuaku. Semenjak aku masih bayi, orangtuaku serasa tidak menginginkan aku untuk hidup di dunia ini. Mereka membiarkan aku hidup tanpa memberikan pendidikan etika, moral dan sosial sedikit pun padaku. Mereka hanya fokus dengan pekerjaan mereka. Ayahku merupakan salah satu pengedar besar di daerah tempat tinggal kami sementara ibuku merupakan salah seorang pejudi terkenal se-jakarta. Untungnya, walau aku tidak diperhatikan mereka, aku masih diberikan sedikit cahaya. Akhirnya, aku dirawat oleh kakek dan nenek dari keluarga ibuku yang juga tinggal di rumah orangtuaku. Namun, beberapa bulan yang lalu kakek dan nenekku meninggal dunia akibat kecelakaan mobil sehingga aku kini merasa hidup sebatang kara lagi.
Jumat, 28 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar